Bismillahirrahmanirrahim…
“Pakai jilbab yang bener ya Say! Mendingan kayak aku, meski nggak
pakai jilbab tapi hati selalu baik. Daripada pakai jilbab tapi dibelakang masih
suka ngelakuin yang macem-macem. Iihh… Malu tuh sama si jilbab”
Yang dituduh hanya tertunduk, hatinya terus berteriak “ini bukan
kedok, sama sekali bukan !”, tapi orang-orang yang di sekitarnya seolah enggan
melihat perubahan yang terjadi pada dirinya. Sedikit demi sedikit sindiran
halus sampai yang terang-terangan memojokkannya, berhasil menguasai hati.
Akhirnya, karena rasa nggak percaya diri, taku terus disindir dan takut mengecewakan
orang-orang di sekitarnya, dia rela menanggalkan jilbabnya.
Sangat disayangkan, tuduhan-tuduhan sebagian orang pada muslimah
berjilbab seringkali membuat mereka resah, ragu, bahkan ada yang dengan suka
rela akhirnya menanggalkan jilbabnya. Hanya karena satu orang yang berbuat,
semua muslimah seolah-olah menjadi tersangka utama. Hanya karena satu orang
yang berbuat kesalahan, semua muslimah jadi patut dituntut.
Sebagian muslimah seakan dijejali trauma ketika tuduhan –tuduhan
menyakitkan terus menggerogoti, seakan para muslimah ini makhluk paling
bersalah karena menggunakan jilbab. Tentu saja, hal ini adalah permainan
syetan, mana ada syetan yang mau seorang muslimah berubah menjadi tunduk atas
perintah Robbnya. Maka, bekerjalah si
syetan lewat aksi wanita yang ‘enggan’ menggunakan jilbab, dengan cara halus
bahkan dengan cara seenaknya. Hanya dengan alasan-asalan nggak masuk akal
seperti jilbab hati dulu lah atau mendingan nggak pake jilbab tapi baik,
daripada pakai jilbab tapi kelakuan nggak banget. Faktanya, mereka hanya ingin
mencari kawan agar ada yang menemani mereka nggak pakai jilbab atau hanya
mencari pembenaran agar mereka nggak terkena gugatan karena nggak taat atas
aturan Rabbnya yang tercantum dalam Surat An Nur 31 dan Al Ahzab 59.
Ketidaksempurnaan manusia nggak akan berubah meski dia memakai
jilbab, seorang muslimah berjilbabpun nggak lepas dari kesalahan karena itu
memang fitrahnya sebagai manusia. Hanya saja mereka tetap berusaha untuk taat
terhadap Pencipta-Nya dengan melaksanakan aturannya, inilah bukti kecintaannya
pada Sang Pencinta. Bukan hanya asal berkata “aku cinta pada-Nya” tapi enggan
menerima perintah-Nya, apakah ini bisa dibilang mencintai-Nya?
Nggak ada alasan seorang wanita enggan menggunakan jilbab, karena
ketika Allah memerintahkan maka wajiblah untuk kita melaksanakannya. Kalaupun
masih ada yang enggan berjilbab karena dia takut kalau nggak bisa jaga
jilbabnya, maka sudah sepantasnya dia bertanya pada hatinya, apakah dengan
nggak berjilbab dia sudah bisa menjadi seseorang yang sempurna yang nggak
pernah berbuat kesalahan?
So, Azzamkan dalam diri kita bahwa kita berjilbab karena Allah
Azza Wa Jalla, bukan karena yang lain. Jadi ketika ada orang lain yang
menganggap remeh jilbab kita, kita kembalikan kepada Allah. Karena hanya Dia
yang memahami niat kita, keinginan kita, rasa sedih kita, nggak ada yang lain.
Biarlah orang lain berkata bahwa jilbab yang kamu dan aku pakai sebagai kedok,
topeng atau apalah, yang pasti Allah Subahanahu Wa Ta’ala nggak akan pernah
salah mengenali hamba-hambaNya.
“Katakanlah: Apakah (mau) Kami beritahu tentang
orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang sia-sia
saja perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka bahwa
mereka berbuat usaha yang sebaik-baiknya. Mereka itulah orang-orang yang
mengingkari (kufur) terhadap ayat-ayat Allah dan menemui-Nya, maka hapuslah
amal pekerjaan mereka, dan Kami mengadakan suatu pertimbangan terhadap (amalan)
mereka di hari kiamat.Demikianlah, balasan mereka ialah jahanam, disebabkan
mereka kufur/ingkar dan karena mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan Rasul-rasul-
Ku sebagai olok-olok.”(Surat Al-Kahfi (18) ayat 103-106)
Wallahua’lam bish shawwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar